AKSI NYATA TOPIK 2 PADA MATA KULIAH PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN ALUR "MERDEKA"

 


"M" Mulai dari Diri

Dalam Mulai dari Diri berisikan mengenai konsep dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan serta merefleksikan perspektif sosiokultural pada materi sebelumnya dan mengetahui pengaruh sosiokultural pada dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam tahap ini kita juga mengetahui peran dan dampak faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan kesetaraan dalam menempuh pendidikan yang maksimal, serta mediator dalam tumbuh kembang seorang anak dari pengaruh mediator manusia hingga mediator menggunakan simbolik. Seperti yang telah dialami oleh Nastiti, ia memiliki dukungan dari keluarganya termasuk dukungan finansial yang memungkinkannya untuk mengejar pendidikan S1 dan S2. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam pendidikan. Berlandaskan  hal tersebut artinya interaksi antara orang tua dengan anak berpengaruh terhadap perkembangan dan pola pikir  anak. Jika interaksi terjalin dengan positif maka karakter dan perilaku anak juga mengarah positif.


"E" Eksplorasi Konsep

Pada Topik ini membahas konsep Konsep Dasar Perspektif Sosiokultural. Aktivitas sosial dan interaksi orang dewasa-anak membentuk dasar sosialisasi kognitif. Sosialisasi menghasilkan sikap, nilai, dan keterampilan kognitif dan linguistik yang digunakan anak-anak saat mereka tumbuh dan pada akhirnya menjadi sarana atau alat untuk perkembangan. Anak mengembangkan kompetensi melalui berbagai pola interaksi orang dewasa-anak dan interaksi sosial lainnya.  Interaksi dan aktivitas orang dewasa-anak dapat dilihat dari CHAT (Cultural-Historical Activity Theory) menjelaskan bahwa aktivitas manusia dapat dideskripsikan dan dianalisis bahwa semua aktivitas manusia memiliki struktur, terjadi pada keadaan tertentu, dan dapat dinilai dengan instrumen tertentu. CHAT  dicirikan oleh perkembangan dan analisis sosial tindakan manusia yang umumnya dimediasi oleh alat budaya yang berbeda. 

Tujuan dari topik ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menghubungkan pengaruh SES (Status Sosial Ekonomi) dengan pola interaksi orang dewasa-anak. Pola sosialisasi orang-dewasa anak dapat membentuk dasar nilai, harapan dan tuntutan tugas yang akan berdampak pada perkembangan anak di berbagai konteks sosial. Dalam pendidikan, SES sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak dan hasil belajar anak. 


"R" Ruang Kolaborasi

Pada ruang kolaborasi, kami mempelajari studi kasus tentang perspektif sosiokultural dalam penerapan pendidikan di Indonesia melalui kegiatan analisis cerita di 3 buku berbeda. Berdasarkan hasil analisis bersama para rekan sejawat pada buku pertama, berjudul Belajar Berdemokrasi, dari buku Mengajar untuk Perubahan, halaman 58-75 seperti yang terlihat pada Gambar 1. Buku yang berisi fakta sosial budaya yaitu seorang guru pendidikan kewarganegaraan yang mengajar di daerah pesisir pantai. Kondisi pesisir pantai tentunya memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan kondisi daerah lain. Dalam hal ini, guru berada di lingkungan peserta didik yang memiliki permasalahan dengan keluarganya. Beberapa permasalahannya diantaranya tidak memiliki ayah bahkan beberapa dari mereka belum pernah bertemu dengan sang ayah sejak lahir. Selain itu, beberapa ada yang berjualan di pinggir pantai, menyewakan papan luncur dan jasa membuat tato temporer sepulang sekolah. Fakta sosial budaya peserta didik sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian orang tua terutama sosok ayah, namun sisi baiknya mereka tidak mudah menyerah jika dilihat dari semangat untuk belajar di sekolah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan selepas waktu sekolah. 


Gambar 1: buku mengejar untuk perubahan

Pada judul buku kedua yaitu Ray Sang Pecandu Online Game, dari buku Mengajar untuk Perubahan, halaman 76-92 seperti yang terlihat pada Gambar 1. Saya dan rekan-rekan sepakat bahwa dampak dari kecanggihan teknologi mempengaruhi karakter peserta didik hal ini terlihat pada Ray jarang sekolah karena kecanduan game online. Walaupun telah dibujuk oleh ibunya dia tetap tidak mau masuk sekolah hingga akhirnya guru dan teman-temannya membujuk dia hingga mau bersekolah. Akibat dari lama tidak masuk ke sekolah, Ray merasa asing menjadi seperti anak baru. Namun semangat guru dan teman-temannya untuk tidak meninggalkan untuk belajar bersama walaupun harus belajar di rumah Ray. Interaksi orang tua Ray, guru, teman-temannya bahkan sekolah tetap sangat mendukung Ray untuk kembali belajar di sekolah. 

Terakhir analisis buku ketiga dengan judul Literasi Dasar, dari Buku Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola, halaman 125-156 seperti yang terlihat pada Gambar 2. Saya dan rekan mempelajari Faktor sosial yang dijelaskan dalam kasus tersebut adalah terjadinya kesenjangan sosial, karena orang Rimba adalah orang yang hidup di tengah hutan, memakan makanan seperti babi, ular, minim menggunakan pakaian, serta krisis lainnya mereka tidak bisa baca tulis sehingga sering ditipu saat belanja ke pasar dan ditipu untuk menjual hutan yang mereka tinggali. Hal ini digambarkan dalam buku bahwa pemangku adat ditipu untuk menjual sebagian lahan hutan demi kepentingan pribadi oknum dengan alasan mereka perlu mendapatkan hadiah berupa makanan dan pakaian atas kerja kerasnya menjaga hutan. Namun karena mereka tidak bisa membaca sehingga langsung percaya dan membubuhkan cap jari persetujuannya padahal isi perjanjian tersebut adalah kesepakatan untuk menjual sebagian lahan hutan. Ini juga yang menjadi pertimbangan dari pengajar untuk menggalakkan baca-tulis pada anak-anak disana agar mereka dapat mencegah kejadian tersebut.

Gambar 2: Melawan Setan Bermata Runcing


"D" Demonstrasi Kontekstual

        Hal yang saya pelajari mengenai demonstrasi kontekstual pada topik dua kali ini adalah kami belajar untuk saling mengemukakan pendapat satu sama lain, kemudian berdiskusi untuk menyatukan pemikiran untuk membuat kesimpulan yang disepakati bersama, kita belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Selain itu kami membuat PPT yang merupakan intisari dari materi yang kami diskusikan bersama, melalui kegiatan ini kami belajar untuk benar-benar memahami materi.  


"E" Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini yang sudah dipahami tentang topik ini adalah pentingnya memahami karakteristik dan kebutuhan peserta didik karena setiap daerah memiliki perbedaan sosio kultur yang beragam sehingga sebagai pendidik nantinya harus bisa lebih peka terhadap latar belakang peserta didiknya. Selain itu, yang terpenting adalah menerapkan pembelajaran yang menghubungkan dengan pengalaman atau budaya peserta didik. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat lebih mudah memahami materi sekaligus menumbuhkan rasa cinta dan percaya diri terhadap budayanya sendiri serta tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan asing. Pendekatan sosio kultur tidak hanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran di dalam kelas tapi juga dalam mengenal karakter peserta didik ini menjadi acuan dalam langkah yang akan diambil untuk merencanakan kegiatan pembelajaran serta menangani peserta didik lebih bijaksana. 

Hal baru yang saya pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai adalah sosio ekonomi memberikan pengaruh terhadap karakter peserta didik sehingga guru perlu memperhatikan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik, agar proses pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan sesuai dengan karakteristik siswa di kelas, dan hasil yang diharapkan guru dapat memuaskan. Selain itu, dengan memiliki pengetahuan tentang teori sosiokultural, kita sebagai calon pendidik kelak dapat dengan bijaksana memahami dan mengambil tindakan dalam menangani masalah pada anak didik kita. Menuntun mereka untuk dapat menjadi manusia yang baik adabnya dengan cara yang manusiawi.

Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut adalah bagaimana mengatasi tantangan berbagai perspektif jika suatu saat peserta didik saya yang mengalami kesulitan dari segi ekonomi yang menyebabkan mereka memilih untuk tidak bersekolah dan lebih memilih bekerja untuk membantu orang tuanya, hal tersebut akan menjadi sebuah tantangan yang besar bagi saya sebagai pengajar, sedangkan peserta didik harusnya merasakan kemerdekaan untuk bisa belajar bersama teman-temannya sesuai jenjangnya tanpa memikirkan biaya.


"K" Koneksi Antar Materi

Koneksi Antar Materi pada Topik 2 ini berisikan mengenai konsep dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan. Konsep dasar perspektif sosiokultural berisi tentang status sosial ekonomi dan interaksi orang dewasa dengan anak, serta interaksi anak dengan anak, serta interaksi anak dengan alat simbolik. Jika dilihat lebih dalam materi pada topik 1 mengenai perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik  dapat mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Sama halnya dengan topik 1 pada topik 2 membahas lebih dalam mengenai status sosial ekonomi (SES). Socio-Economic Status (SES) merupakan pengelompokan individu berdasarkan kemampuan ekonomi dan status sosialnya. Sosial ekonomi memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan di Indonesia. Salah satu contohnya anak dengan status sosial ekonomi yang tinggi lebih mudah mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, mereka mendapatkan fasilitas yang sangat memadai untuk mendukung kegiatan pembelajarannya dibandingkan dengan anak yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke bawah. 

Materi ini juga berhubungan dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya yang mempelajari mengenai teori perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan sosial konteks yang dibutuhkan untuk memahami peserta didik, sehingga guru dapat menentukan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Seorang guru dalam memahami peserta didik, penting untuk mengetahui latar belakang siswa baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya anak tersebut. Terkadang perkembangan sosial, emosional siswa tidak selalu sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan faktor sosiokultural siswa berbeda. Sehingga, informasi peserta didik akan menjadi dasar pertimbangan dalam merancang tujuan pembelajaran, asesmen hingga langkah pembelajaran yang tepat dan sesuai berdasarkan latar belakang, sosiokultural, keunikan dan perbedaan siswa sekaligus ini berkaitan dengan mata kuliah asesmen.

Mata kuliah filosofi pendidikan Indonesia dan literasi lintas mata pelajaran menjadi pondasi dari semua kegiatan perkuliahan. Filosofi pendidikan Indonesia melihat pendidikan secara mendalam dari dasar pendidikan nasional, dikaitkan dengan filosofi pendidikan oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dalam konsep filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara berhubungan dengan Teori Perspektif Sosiokultural. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan kita harus menuntun kodrat anak untuk mencapai kebahagiaan. Sejalan dengan teori perspektif, kita harus mampu menyikapi siswa dengan mempertimbangan segala faktor sosiokultural yang ada padanya. Seperti yang terdapat dalam cerita “Ray Sang Pecandu Game Online”. Dalam cerita tersebut, guru melakukan pendekatan kepada siswa dengan memperhatikan keadaan sosial kultural siswanya. Guru tersebut bijaksana dalam menangani permasalahan siswanya. Hal ini sejalan dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara dimana guru sebagai pendidik harus bisa menuntun siswa dan mengayomi siswa karena tujuan pendidikan adalah sebagai tempat menanamkan benih-benih kebudayaan. Sehingga sebagai seorang guru kita harus memahami teori sosiokultural dan filosofi pendidikan agar mampu mengambil langkah yang tepat dan bijak dalam memahami siswa sesuai dengan tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Sedangkan literasi merupakan kegiatan membaca, menulis, menyimak, berbicara dan memirsa kecakapan mendasar untuk semua kegiatan mata kuliah untuk menyerap pemahaman. Pada perkuliahan literasi ini kita diperkenalkan dengan beberapa jenis teks multimoda, dengan menggunakan berbagai jenis teks multimoda dapat menarik perhatian dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada pembelajaran mata kuliah ini juga diarahkan untuk membuat media literasi yang sesuai dengan perkembangan peserta didik dan sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Mengaitkan konsep perspektif sosiokultural dengan konsep literasi lintas mata pelajaran, guru dapat membuat media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.


"A" Aksi Nyata 

        Sebagai pendidik dalam merancang kegiatan pembelajaran seharusnya dengan mempertimbangkan informasi dan mempelajari faktor sosial budaya ekonomi dan politik dari siswa/i dan masyarakat, kita dapat menyesuaikan kegiatan pembelajaran yang ramah dan inklusi. Oleh karena itu, melalui materi aksi nyata pada topik 2 ini berisikan bahwa refleksi kembali apa saja pemahaman kita dan bagaimana pemahaman pengetahuan kita aplikasikan untuk merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran bersesuaian dengan sosiokultural siswa. 

    Saya menilai kesiapan saya saat ini 8,5 dari skala 10, karena dengan hanya membertimbangkan teori saja, menurut kami belum memberikan kesiapan kami untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Kami membutuhkan pengalaman langsung dengan beberapa permasalahan yang mungkin kompleks untuk mencari solusi permasalahan. Dengan pengalaman yang cukup diharapkan kami siap menjadi guru dengan segala perbedaan latar belakang, karakteristik bahkan sosiokultural siswa. Hal yang perlu dipersiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkan dengan optimal adalah banyak mengenal atau menganalisis latar belakang, karakteristik bahkan sosiokultural siswa yang akan kami bimbing dan ajari. Serta, Kreatifitas untuk menghasilkan banyak solusi kreatif dalam menyelesaikan masalah akibat dari perbedaan peserta didik. Mungkin ini didapatkan dari hasil pengalaman orang-orang yang lebih banyak waktu dan lama dalam kesempatannya untuk bersinggungan dengan peserta didik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKSI NYATA TOPIK 1 PADA MATA KULIAH PERSPEKTIF DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN ALUR “MERDEKA”

Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran Sebagai Scaffolding pada ZPD peserta didik